Di dunia sepak bola, ada pemain yang terang benderang dari awal sampai akhir karier. Tapi ada juga pemain yang sempat menyala terang, bikin kagum semua orang, lalu perlahan tenggelam karena cedera, waktu, dan transisi zaman. Alen Bokšić ada di kategori kedua — tapi bukan karena dia kurang hebat.
Karena buat lo yang tumbuh nonton Serie A tahun 90-an, atau main Football Manager versi 1998, nama Bokšić itu ikon. Dia mungkin gak punya Ballon d’Or, tapi skill dan aura-nya? Level top.
Awal Karier: Asal Muasal dari Hajduk Split
Bokšić lahir 21 Januari 1970 di Makarska, Yugoslavia (sekarang Kroasia). Dia memulai kariernya di Hajduk Split, klub raksasa Balkan saat itu. Fisiknya tinggi, gaya mainnya elegan, dan finishing-nya dingin banget — kayak penyerang-penyerang khas Eropa Timur era 80-90an.
Dia mulai menarik perhatian di usia 18–19, dan langsung dibidik klub-klub besar luar negeri. Tapi seperti banyak pemain Yugoslavia saat itu, kariernya sempat tertahan karena situasi politik yang rumit dan konflik yang melanda negara.
Kecepatan, Teknik, dan Power: Kombo Maut
Bokšić bukan tipe striker numpang berdiri di kotak penalti. Dia:
- Bisa bawa bola dari tengah
- Dribble satu lawan satu
- Punya tendangan jarak jauh
- Jago duel udara
Satu-satunya hal yang gak dia punya? Kesehatan jangka panjang. Tapi soal kualitas? Dia layak disandingkan dengan striker top lain di era itu: Batistuta, Weah, Ravanelli, Vialli.
Ledakan di Marseille: Juara Liga Champions, Top Skor Ligue 1
Tahun 1992, Bokšić pindah ke Olympique Marseille. Di sinilah dia benar-benar meledak:
- Top skor Ligue 1 musim 1992/93 dengan 23 gol
- Bawa Marseille ke juara Liga Champions 1992/93 (walau dia cedera di final dan gak main)
- Dikenal sebagai striker yang “gak bisa dihentikan kalau lagi sehat”
Bersama tim Marseille yang diisi Deschamps, Barthez, Abedi Pelé, dan Rudi Völler, Bokšić jadi senjata utama. Sayangnya, skandal korupsi ngebuat Marseille dihukum, dan kariernya di Prancis cuma bertahan sebentar.
Serie A: Era Gladiator dan Bokšić Masuk Pertarungan
Setelah dari Prancis, Bokšić pindah ke Lazio tahun 1993. Di sinilah dia masuk ke salah satu liga paling brutal buat striker.
Lazio Era Awal:
- Saingan ketat
- Liga penuh bek monster: Maldini, Baresi, Ferrara
- Tapi Bokšić tetap gacor
Dia:
- Cetak gol penting tiap musim
- Jadi tandem ideal buat Casiraghi dan Signori
- Dikenal karena tendangan first-time dan sundulan akurat
Gak banyak striker asing yang bisa langsung adaptasi di Serie A, apalagi era ’90-an. Bokšić salah satu yang bisa.
Juventus dan Kembali ke Lazio
Setelah 3 musim, Bokšić pindah ke Juventus tahun 1996–97. Sayangnya, di Turin dia gak maksimal. Bukan karena kualitas, tapi karena:
- Skuad Juve waktu itu udah terlalu padat (Del Piero, Vieri, Boksic)
- Masalah cedera kambuhan
- Gaya mainnya kurang cocok buat sistem Lippi
Meski begitu, dia tetap sempat nyumbang gelar Serie A buat Juve.
Musim berikutnya dia balik lagi ke Lazio, dan meski udah gak secepat dulu, dia tetap jadi bagian penting dalam rotasi bareng Salas dan Mancini.
Premier League: Pahlawan Sunyi di Middlesbrough
Tahun 2000, di usia 30, Bokšić pindah ke Middlesbrough, tim Premier League yang waktu itu gak punya banyak nama besar. Dan anehnya?
Dia malah jadi idola lokal.
Selama di Boro:
- Dia sering cedera, tapi kalau fit, gacor banget
- Ngebawa tim lolos degradasi beberapa kali
- Fans bilang: “Dia pemain paling teknis yang pernah kita punya”
Gaya mainnya terlalu “halus” buat EPL yang keras. Tapi tiap dia pegang bola, lo tahu: ini bukan pemain sembarangan.
Timnas Kroasia: Karier yang Terpotong Tapi Tetap Berdampak
Karena transisi Yugoslavia ke Kroasia, Bokšić baru bisa main buat timnas secara reguler di era pertengahan 90-an. Tapi sayangnya:
- Dia cedera di Piala Dunia 1998 — turnamen di mana Kroasia finish peringkat 3
- Padahal dia mungkin bisa duet sama Suker dan bikin Kroasia lebih gila lagi
Meski begitu, dia tetap punya:
- 40 caps
- 10 gol
- Peran penting di kualifikasi dan turnamen minor
Lo gak bisa pisahin generasi emas Kroasia (Boban, Prosinečki, Suker) tanpa nyebut Bokšić.
Gaya Main: Elegan Tapi Brutal
Bokšić adalah kombinasi unik:
- Fisik kayak striker Inggris
- Teknik ala Latin
- Naluri gol murni
- Tapi tetap bisa main build-up dan link-up
Kalau lo nonton highlight-nya, lo bakal lihat:
- Gol voli first-time
- Lari solo lawan bek Serie A
- Sundulan akurat tanpa lompat lebay
Dan lo bakal sadar:
Dia lahir di era yang benar. Bukan buat medsos, tapi buat match nyata.
Kenapa Jarang Dibahas?
Beberapa alasan kenapa nama Bokšić gak sering muncul:
- Cedera – dia sering absen di momen besar
- Gak main di satu klub lama – fans gak bisa “mematenkan” dia
- Era penuh striker besar – R9, Shearer, Batistuta, Vieri, Weah, dll
- Gak terlalu suka spotlight – dia lowkey banget
Tapi orang-orang sepak bola tahu. Pelatih, pemain lawan, dan fans sejati: Bokšić itu world-class.
Setelah Pensiun: Pelan, Tapi Tetap Dekat Sepak Bola
Setelah gantung sepatu tahun 2002, Bokšić gak langsung jadi pelatih atau komentator besar. Tapi dia tetap dekat timnas Kroasia, kadang masuk staf teknis, dan juga kerja buat federasi.
Dia bukan tipe selebriti bola pensiun. Dia tetap “di balik layar,” sama kayak saat dia main: tenang, tapi penting.
Penutup: Alen Bokšić Adalah Striker yang Gak Butuh Hype untuk Diingat
Kalau lo baru kenal bola di era modern, nama Bokšić mungkin asing. Tapi buat lo yang tahu cara main striker sejati:
- Yang kuat tapi elegan
- Yang tajam tapi gak egois
- Yang kerja keras dan tahu ruang
Bokšić itu blueprint-nya.
Dia mungkin gak punya banyak trofi atau followers, tapi jejaknya ada di setiap bek yang pernah dia permalukan.